Menjadi Seorang Sarjana
Menjadi pengangguran pada saat menyelesaikan studimu bukanlah hal yang baru. Hal ini memang lumrah terjadi pada sebagian besar lulusan sarjana di zaman sekarang ini. Namun tidak sedikit juga mereka yang langsung mendapat kerja setelah lulus atau bahkan sudah memiliki pekerjaan tetap pada saat masih kuliah. Lalu apa yang membedakan keduanya?
Banyak faktor yang melatarbelakangi sulitnya seseorang untuk mendapatkan pekerjaan, terlepas dari background pendidikannya. Memiliki ijazah S1 kini tidak lagi menjadi penjamin seseorang akan mendapatkan pekerjaan meskipun banyak pekerjaan yang mensyaratkannya.
Kini, menjadi sarjana hampir menjadi sebuah standar, sehingga persaingan untuk mendapatkan pekerjaan pun menjadi lebih ketat karena bukan hanya kamu yang merupakan lulusan S1. Keadaan ini mendorong para lulusan sarjana untuk lebih menggali potensi di dalam dirinya agar mencari apa nilai tambah mereka untuk lantas dijadikan nilai jual.
Akar Penyebab Pengangguran
Mari kita bahas permasalahan utama dari banyaknya sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan. Apa saja faktor penyebab tingginya tingkat pengangguran?
1. Otomatisasi Pekerjaan
Semenjak awal kemunculan revolusi industri, mesin telah menggantikan tenaga manusia dalam melakukan sebuah pekerjaan. Misalnya saja tombol lift yang menggantikan operator lift, robot yang menggantikan pelayan restoran, customer service yang diganti oleh chatbot, hingga petugas pengiriman barang yang digantikan oleh drone.
Sebuah studi di Amerika Serikat mengestimasikan bahwa dari tahun 1990-2007, terdapat 400.000 lapangan pekerjaan hilang akibat otomatisasi. Kini dengan adanya pandemi COVID-19, dorongan perusahaan untuk menggantikan pekerjaan manusia dengan mesin semakin meningkat. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya operasional dan risiko terinfeksinya pekerja terhadap virus.
Selain itu, pekerjaan yang diotomatisasi juga dinilai lebih efektif karena mampu memangkas waktu secara signifikan. Mesin juga tidak dapat sakit atau menularkan virus, juga tidak membutuhkan waktu lama untuk berhenti bekerja.
Secara teori, dengan adanya mesin dan Artificial Intelligence (AI), manusia seharusnya bisa dibebaskan dari pekerjaan yang berisiko tinggi sehingga manusia dapat lebih fokus terhadap pekerjaan yang memerlukan pemikiran logis. Dengan begitu, perusahaan akan menjadi lebih produktif dan upah karyawan pun akan meningkat.
Lalu sebagai pencari kerja, apa yang harus kamu lakukan? Globalisasi serta peningkatan teknologi tentunya tidak mungkin dapat dihentikan. Mereka yang kehilangan pekerjaan karena otomatisasi ini diharapkan dapat beradaptasi dan melakukan transisi ke jenis pekerjaan baru.
Karena pada dasarnya, manusia masih memiliki kelebihan dibandingkan dengan mesin ataupun AI. Pengalaman, kemampuan dan keterampilanmu dalam beradaptasi masih dan akan terus selalu dibutuhkan.
2. Perubahan Tren
Perkembangan yang pesat di bidang digital dan teknologi, perubahan demografis dan evolusi lainnya akibat globalisasi telah mengubah dunia ketenagakerjaan. Untuk memahami perubahan yang terjadi, kamu harus mengerti tentang deindustrialisasi dan polarisasi pekerjaan.
Polarisasi pekerjaan merupakan pemahaman terhadap tipe pekerjaan yang semakin penting, dibutuhkan perusahaan dan berharga tinggi. Sedangkan deindustrialisasi adalah berkurangnya kapasitas industrial di sebuah negara. Fenomena ini lantas mendorong terjadinya transisi pada bursa ketenagakerjaan.
Transisi yang terjadi kemudian membentuk tren baru. Sebuah studi yang dilakukan Labour and Population menunjukan bahwa transisi ini akan menghasilkan tenaga kerja baru. Pencari kerja diharuskan untuk mengasah kemampuan yang lebih mengerucut dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Perusahaan juga akan dipaksa untuk merekrut kelompok pekerja yang memiliki pengalaman dan pelatihan tertentu akibat dari lambatnya pertumbuhan tenaga kerja.
Selain itu, perubahan juga akan terjadi pada pola demografis dalam komposisi tenaga kerja. Misalnya, komposisi antara perempuan dan laki-laki yang semakin berimbang sehingga kesempatan bagi perempuan untuk bekerja akan semakin terbuka lebar.
Kemampuan teknikal terhadap internet dan teknologi kini semakin menjadi standard. Namun begitu, soft skill seperti kemauan bekerja keras, kesabaran, dan komunikasi juga masih banyak dibutuhkan.
Jadi untuk dapat bertahan dengan adanya banyak perubahan di dunia industri, kamu harus mampu menjadi fleksibel dan beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Cocokan kemampuanmu dengan apa yang saat ini sedang dibutuhkan.
3. Semakin Ketatnya Persaingan Dengan Tenaga Kerja Global
Banyaknya free trade agreement yang dilakukan antar bangsa semakin membuat mudah para pekerja dari negara lain untuk memasuki pasar tenaga kerja dalam negeri. Hal ini akan menjadi tantangan bagi kamu jika kamu tidak mempersiapkan dirimu dengan skill, pengetahuan dan pengalaman yang cukup.
Saat perusahaan melakukan ekspansi dan menjadi internasional, salah satu komponen penting kesuksesan adalah pengetahuan karyawan. Oleh karenanya, dengan merekrut tenaga kerja asing, perusahaan akan memperoleh pengetahuan yang selama ini tidak dimiliki.
Perekrutan asing biasanya akan memberikan pemahaman mendalam mengenai keahlian-keahlian tertentu, produk, sistem dan kebijakan.
Standar terhadap karyawan pun berganti mengikuti standar perusahaan yang kini sudah menjangkau pasar internasional. Mereka menginginkan pekerja yang mampu keep up dengan perubahan serta culture industri internasional.
Seringkali, karyawan dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut sehingga perusahaan lebih banyak beralih kepada tenaga kerja global.
Untuk mengatasi hal tersebut, tentunya kamu harus melengkapi dirimu dengan pengetahuan dan kemampuan yang berstandar internasional. Tidak hanya kemampuan teknologi, kemampuan berbahasa inggris pun kini sudah menjadi standar.
Jika kamu tidak bisa mengikuti perubahan ini maka kamu tidak mampu menjawab kebutuhan perusahaan dan akan terus tertinggal.
Indonesia sendiri telah menandatangani beberapa perjanjian perdagangan bebas dengan berbagai negara di dunia. Dan karenanya, tenaga kerja global pun akan dapat lebih mudah untuk mencari pekerjaan di dalam negeri.
Namun jangan berkecil hati, karena hal ini juga berarti kamu dapat dengan lebih mudah untuk mencari pekerjaan di negara lain.
Mengapa Banyak Sarjana yang Menganggur?
1. Terlalu Idealis Dalam Mencari Pekerjaan
Banyak alasan yang melatarbelakangi seseorang sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Dan salah satunya adalah karena ia terlalu idealis. Menjadi seseorang yang idealis bukanlah hal yang salah.
Namun, pastikan kamu juga memiliki “amunisi” yang cukup untuk menjadi idealis. Banyak dari fresh graduate yang langsung menginginkan gaji tinggi dan jabatan yang penting saat melamar pekerjaan. Pertanyaannya adalah, sudah pantaskah kamu untuk menuntut hal tersebut?
Refleksikan kembali perjalananmu selama kuliah. Apakah kamu sudah mengantongi kemampuan yang cukup dibutuhkan di dunia kerja? Apakah kamu memiliki network profesional yang cukup oke untuk dapat membawamu ke pekerjaan impianmu?
Untuk itu, banyak perusahaan yang menempatkan fresh graduate pada posisi entry job level. Tentu saja pada posisi seperti ini perusahaan mengharapkan karyawan untuk dapat belajar terlebih dahulu agar memahami lebih dalam posisi, tanggung jawab serta tugas yang diampu. Menempatkan orang yang tidak berpengalaman pada posisi tinggi tentunya terlalu berisiko.
Jadi, jangan berkecil hati jika kamu mendapatkan posisi pemula pada sebuah pekerjaan. Inilah kesempatanmu untuk belajar dan berbuat salah. Anggaplah hal ini sebagai batu loncatan untuk meraih karir yang lebih tinggi di masa depan.
Dan beberapa cara untuk mendapatkan networking yang berpotensi membantumu dalam mendapatkan pekerjaan misalnya perkumpulan alumni, bursa kerja, organisasi profesional, konferensi, media sosial.
Terlebih lagi, jika kamu menutup kesempatan mencoba hal baru dengan hanya menginginkan pekerjaan di bidang tertentu. Tentunya ini bukanlah hal yang salah, namun hal ini menutup kesempatanmu untuk mendapatkan pengalaman kerja.
Pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai minatmu ini bisa saja menjadi batu loncatan yang membuka matamu terhadap hal baru sehingga kamu mendapatkan skill dan network baru.
2. Minim Pengalaman Kerja
Memegang ijazah perguruan tinggi kini tidak lagi dianggap spesial. Karena di Indonesia sendiri, terdapat ribuan orang yang lulus dari puluhan perguruan tinggi setiap tahunnya. Hal ini berarti di luar sana banyak orang yang berkualifikasi.
Menjadi sarjana memang masih sebuah persyaratan di beberapa bidang pekerjaan dan mampu mengantarkanmu ke pintu karir masa depanmu. Namun berbekal ijazah saja tidak akan mampu mengesankan recruiter.
Orang yang baru lulus, atau biasa disebut dengan fresh graduate, biasanya dianggap pemula di dalam dunia kerja. Karena rata-rata pada perguruan tinggi yang diajarkan adalah teori dan minim sekali praktik.
Untuk menambahkan kredensial dan pengalamanmu, kamu dapat mencoba mengikuti magang, pelatihan kerja, sertifikasi atau kegiatan kerelawanan.
Pada beberapa industri, fresh graduate malah biasanya harus melalui tahap magang terlebih dahulu untuk mendapatkan posisi pekerjaan tertentu. Jika kamu merasa kesulitan untuk mencari pekerjaan, opsi magang dapat menjadi pilihan alternatif bagimu.
Selain mampu menambah kemampuan dan pengetahuanmu di bidang tertentu, ini juga menjadi sarana batu loncatan bagimu untuk mendapatkan pekerjaan penuh waktu. Karena tidak sedikit dari pekerja magang yang kemudian diangkat menjadi pekerja penuh waktu.
3. Tidak Siap Transisi Ke Dunia Kerja
Pada kenyataannya, tidak banyak lembaga pendidikan yang benar-benar mempersiapkan lulusannya untuk menghadapi proses pencarian kerja. Sehingga banyak dari lulusannya yang kurang up date dengan proses pelamaran kerja di zaman sekarang ini.
Portal pencarian kerja seperti jobstreet, Glints, urbanhire dan lain-lain kini semakin mainstream digunakan oleh perusahaan dalam menjaring karyawan baru. Dan bisa saja tidak banyak yang tahu akan hal ini dan berpikir untuk mendapatkan kerja mereka harus menyebar CV secara langsung ke perusahaan-perusahaan.
Untuk itu, kamu dituntut untuk mandiri dan lebih pro-aktif dalam mencari informasi. Mulai dari bagaimana menulis CV untuk bidang tertentu, cara membuat portfolio, hingga tips wawancara.
Kesimpulan
Saat kamu berhasil lulus dan mendapatkan ijazah perguruan tinggi, ingatlah bahwa hal itu bukan jaminan untukmu mendapatkan pekerjaan. Selain pengetahuan yang kamu dapatkan di bangku kuliah, pengalaman serta kemampuan teknis merupakan hal wajib yang harus kamu miliki. Perpaduan antara ketiganya menciptakan keseimbangan yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan di zaman sekarang ini.
Apakah kamu menyukai artikel ini? Tinggalkan pesan dan pertanyaanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini ke teman-temanmu, ya!