Siapa sangka ide menjual sayur dan buah segar dari para petani langsung ke konsumen melalui e-commerce bisa membawa namanya masuk daftar Forbes Under 30 kategori Industri, Manufacturing & Energy 2019. Ialah Amanda Susanti Cole, perempuan kelahiran Jakarta, 22 Juni 1990 ini berhasil membangun Sayurbox hingga memiliki 50.000 lebih pelanggan dan 1000 pengiriman sayur dan buah dalam sehari.
Proses lahirnya Sayurbox pada tahun 2016 di tangan Amanda tidak lepas dari ketekunan dan niat baiknya dalam memecahkan masalah rantai distribusi panjang hasil panen petani. Tidak jarang alur distribusi panjang membuat pendapatan para petani menjadi rendah atau panen terbuang sia-sia. Masalah ini terpikirkan oleh Amanda setelah Ia melihat secara langsung kondisi para petani di lahan milik keluarganya.
Bagaimana Amanda menjalankan secara totalitas startup ini setelah ia berhenti menjadi karyawan swasta di Jakarta? Dan seperti apa koordinasi dengan para mitra petani dan 80 karyawan Sayurbox yang membawa namanya menjadi sosok inspiratif muda di Indonesia? Simak cerita lengkapnya khusus untuk sobat berkarir.id di bawah ini.
Amanda Cole, Terobosan Yang Membuahkan Manfaat
Sayurbox hadir bukan tanpa disengaja. Semua berawal dari kegelisahan Amanda tentang isu petani yang tidak sedikit membuat hatinya miris. Dalam sebuah wawancara yang dimuat di patamar.com, Amanda Cole menceritakan bagaimana awal mula Sayubox tumbuh.
Setelah lulus dari Universitas Manchester di Inggris, Ia pulang ke Jakarta dan bekerja untuk perusahaan swasta dan membantu membuat co-working space. Setelah dua tahun bekerja, Ia menyadari bahwa Ia ingin membuat sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuatnya ingin berkembang.
Keluarga Amanda memiliki tanah yang berjarak 80 km (50 mil) dari Jakarta. Ia berkunjung ke sana dan di sana lah perjalanan barunya bermula. Ia bertemu dengan Misto, salah satu petani singkong yang menjual hasil panen singkongnya ke tengkulak (pembeli hasil panen untuk dijual lagi ke pasar). Meskipun tanaman singkong mudah ditanam, harga yang tawarnya rendah dan hanya dapat dipanen setiap enam bulan sekali, sehingga omsetnya pun kecil.
Amanda berbincang dengan Misto, mendengarkan, dan hingga akhirnya ikut mencari solusi yang lebih baik. Amanda mulai melakukan riset dengan menanyakan ke restoran dan konsumen tentang kebutuhan mereka akan produk sayur dan buah segar yang jarang mereka konsumsi.
Amanda pun mulai membayangkan apakah memungkinkan untuk distribusi hasil petani langsung ke konsumen tanpa perantara tengkulak, sehingga harga jual langsung dapat dirasakan para petani.
Kemudian Ia bekerja sama dengan Misto membuat greenhouse dan mengubah lahan itu menjadi lahan kangkung. Dalam tiga bulan, dengan sedikit ilmu dan praktik, Amanda dan Misto memanen kangkung pertama mereka dan langsung dijual ke restoran. Berjalan dengan baik, mereka sadar bahwa permintaan terhadap kangkung cukup banyak dan dibayar lebih tinggi dibandingkan dengan harga singkong yang ditanam di lahan yang sama sebelumnya.
Tidak berselang lama setelah itu, Amanda pun bertemu dengan Rama Notowidigdo yang kemudian menjadi co-founder dan penasihatnya. Waktu itu Rama adalah kepala produk di perusahaan logistik dan perjalanan GoJek. Mereka berdiskusi bersama dan saling berbagi ide untuk mencari solusi dalam membantu para petani.
Untungnya, Rama Notowidigo juga memiliki ketertarikan di bidang pertanian. Sehingga visi dan misi yang mereka miliki pun sejalan, tentang bagaimana cara membantu petani dalam mendistribusikan hasil panennya langsung ke para konsumen tanpa perantara tengkulak.
Kerja sama Amanda dan Rama terus berlanjut dan telah mengarah ke pengembangan yang lebih luas lagi, ditambah saat itu Misto telah menjadi community leader. Amanda pun menyadari bahwa Ia dapat membantu para petani lokal menanam tanaman sesuai permintaan di lahan mereka, sekalipun Amanda tidak memiliki hak atas lahan itu.
Proses awal Sayurbox muncul pertama kali di platform media sosial Instagram (yang kini memiliki sebanyak 403.000 followers). Ketika permintaan terus meningkat, Amanda beralih ke situs web, hingga pada akhirnya aplikasi sayurbox dengan slogan “Klik Panen Kirim” tersedia di Playstore dan App Store.
Dari Sayurbox hingga Forbes Under 30
Satu tahun pasca kelahirannya, pada tahun 2017 Sayurbox menggaet juara startup Seedstars Jakarta dengan mengajak kerja sama 300 perkebunan. Sayurbox menjadi sebuah platform online yang mengusung konsep bisnis farm-to-table. Startup ini menyediakan bahan segar dan produk sehat organik langsung dari petani dan produsen lokal Indonesia.
Penggunaan bahan makanan organik dan serba hijau telah menjadi gaya hidup sehat masyarakat urban. Hal ini berdampak pada meningkatnya permintaan pasar produk-produk organik. Dengan melihat kondisi pasar ini dan sekaligus ingin membantu masalah petani lokal, Amanda Susanti Cole melahirkan Sayurbox sebagai solusi cerdas.
Sistem pemesanan yang diusung Sayurbox adalah pre-order (PO) atau pemesanan di depan. Sistem PO dipilih untuk meminimalisir jumlah bahan segar yang terbuang.
Setelah konsumen memesan sayur dan buah yang diinginkan, Sayurbox akan melakukan penjumlahan pesanan konsumen dan menginformasikan kepada petani mitra jumlah bahan segar yang harus dipanen. Bahan segar yang baru dipanen kemudian dikirimkan ke hub Sayurbox dan segera dikirimkan ke konsumen sesuai pesanan.
Saat ini, Sayurbox telah melayani lebih dari 8000 konsumen di area Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok. Jumlah ini terus bertambah setiap bulannya dan sudah menawarkan 300 jenis sayuran dan buah-buahan. Dan telah memiliki 50 mitra petani yang tergabung di dalamnya.
Model bisnis farm-to-table Sayurbox ini membuat banyak mata investor tertuju. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Sayurbox mendapatkan pendanaan dari Patamar Capital dan beberapa investor lainnya. Perolehan seed funding ini diperkirakan berkisar US$ 200- US$ 300 ribu atau sekitar 2,8 M- 4,1 M Rupiah (asumsi kurs dollar ke rupiah = Rp. 14.000).
Perkembangan Sayurbox pun berbanding lurus dengan prestasi yang diraih Amanda Cole. Pada tahun 2019 berkat terobosannya, Amanda berhasil masuk daftar Forbes Under 30 di kategori Industri, Manufacturing & Energy 2019. Forbes memberikan penghargaan ini karena melihat Sayurbox memberikan pengaruh signifikan bagi masyarakat, khususnya para petani lokal.
Modal Optimis Dan Konsisten
Perempuan 30 tahun ini memang tak pernah terpikir pada akhirnya bisnis yang dijalankan memiliki nama dan sebesar seperti sekarang ini.
Bisnis yang bergerak di bidang pertanian dan perkebunan berbasis teknologi seperti Sayurbox tidak selamanya berjalan mulus. Tantangan dari sisi kualitas produk yang berasal dari hasil bumi sangat bergantung pada banyak faktor, salah satunya alam. Produk sayur dan buah sangat bergantung pada cuaca dan tidak menutup kemungkinan dapat mengalami gagal panen.
Dalam mempertahankan supply-chain yang sustainable dan berkelanjutan, Sayurbox melakukan pendekatan yang baik dengan petani lokal. Ia membangun kerjasama sebagai mitra dan Sayurbox bertanggung jawab memberikan edukasi kepada petani agar menghasilkan produk dengan kualitas yang unggul.
Namun membangun relasi yang baik tidaklah cukup. Amanda lantas memberikan literasi penggunaan teknologi informasi kepada petani lokal. Tujuannya agar para mitra dapat terbiasa dengan perkembangan teknologi dalam mengupayakan pendekatan sosial dengan konsumen.
Tentu Sayurbox juga melakukan proses pemilihan mitra atau petani lokal secara selektif. Pada awalnya Sayurbox langsung melihat secara langsung calon mitra dan menargetkan beberapa petani lokal yang cocok.
Sayurbox telah memiliki standar atau SOP dalam pemilihan mitranya seperti, pemanenan yang bebas pestisida, memiliki sertifikat organik, dan melihat bagaimana proses pendistribusian produk yang mereka biasa lakukan. Tidak sedikit pula beberapa calon mitra dan petani lokal mendatangi Sayurbox untuk menawarkan produk hasil bumi terbaik mereka.
Konsistensi dalam menjaga kualitas menjadi kunci bagi Amanda Cole dalam mempertahankan kepercayaan konsumen. Karena tidak jarang beberapa konsumen merasa kurang yakin dengan kualitas kematangan buah yang hanya terlihat dari gambar. Pentingnya menjaga kepercayaan ini perlu dikembangkan lagi bagi Sayurbox ke depannya.
Ide Sesegar Sayur dan Buahnya
Sayurbox lahir karena keprihatinan Amanda atas besarnya disparitas harga sayur dan buah di tingkat petani sebagai produsen dengan konsumen. Banyak lapisan dan mata rantai distribusi yang harus dilalui para petani hingga ke konsumen yang menimbulkan masalah dalam penjualan produk pertanian.
Salah satu masalah yang dirasakan oleh cukup banyak petani pedesaan adalah, tingginya harga sayur dan buah di tingkat konsumen tidak bisa dinikmati oleh petani. Hal ini dikarenakan para tengkulak biasanya mendapat jatah margin yang lebih besar, ataupun di dalam mata rantai yang panjang akan menambah harga jual yang menguntungkan distributor.
Tak hanya mengambil untung, keterangan salah satu Co-Founder Sayurbox, Metha Trisnawati mengungkapkan, beberapa oknum tengkulak kerap menghambat informasi dan data bagi para petani untuk berkembang. Akibatnya, informasi tentang kebutuhan masyarakat urban tidak tersampaikan jelas kepada para petani. Padahal, informasi pasar akan sangat berguna bagi kesejahteraan petani.
Amanda menyebutkan bahwa tujuannya mendirikan Sayurbox adalah untuk menjadi leading dalam penyuplai produk segar dan organik di Indonesia dan sukses di Asia Tenggara. Amanda pun berkeinginan untuk membentuk pengalaman berbelanja baru bagi kostumer, di mana mereka dapat secara transparan mengetahui dari mana asal produk segar ini berasal.
Amanda Cole pun berkeinginan untuk fokus dalam pengembangan teknologi pertanian untuk membantu petani lebih efisien dibanding saat ini. Selain memang harapan Amanda untuk mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dalam membantu petani dan penyuplai, Ia percaya bahwa potensi Sayurbox memang tidak terbatas.
Jadi Solusi Memutus Mata Rantai Covid 19
Sayurbox menjadi salah satu solusi masyarakat untuk memutus mata rantai virus Covid-19 dengan berbelanja sayur lewat online. Amanda tidak menyangka bahwa perusahaan yang Ia dirikan pada tahun 2016 ini secara tidak langsung telah mendukung kebijakan pemerintah agar masyarakat tetap berada di rumah selama masa penyebaran pandemi COVID-19.
Sayurbox menjadi pilihan untuk menyediakan kebutuhan masyarakat secara online dengan slogan “klik, panen, dan kirim” tanpa repot keluar rumah dan tinggal #dirumahsaja. Kemudahan yang ditawarkan Sayurbox sejalan dengan anjuran pemerintah yang mengharuskan konsumen untuk tidak keluar rumah.
Meskipun demikian, Amanda dan tim tetap memahami bahwa Sayurbox juga menghadapi tantangan yang cukup besar dalam mempertahankan kepercayaan masyarakat dari segala segi, baik teknis maupun non teknis.
Sukses di Usia Muda Bisa Jadi Siapa Saja
Kepedulian, konsistensi, dan ketekunan. Tiga hal yang bisa dicatat dari seorang Amanda Susanti Cole dalam melahirkan Sayurbox. Tidak banyak anak muda yang mau berbisnis dengan dasar kepedulian antar sesama. Suatu perubahan tidak akan bisa terjadi tanpa adanya keinginan saling membantu.
Dari Amanda kita belajar bahwa sukses adalah tujuan akhir, tetapi proses untuk membantu kesulitan dan memberikan kemudahan bagi orang lain adalah sebuah landasan untuk tetap bergerak.
Bagaimana sobat berkarir.id, apakah sudah mulai tertantang di usia muda ini untuk bergerak lebih jauh lagi? Semoga cerita dari sosok inspiratif Amanda Susanti Cole ini dapat menjadi contoh bahwa sukses di usia muda tidak harus menjadi karyawan dan ide bisa muncul di mana saja. Yang terpenting adalah bagaimana kamu melakukannya dengan serius, tekun, dan konsisten.
Apakah ada pertanyaan tentang kisah inspiratif ini? Jika ada, tulis komentarmu di kolom komentar ya, dan jangan lupa bagikan ke teman-temanmu.